Kisah dalam novel ini diangkat dari kisah nyata penulis sendiri. Novel ini menceritakan tentang kesulitan hidup sepuluh anak – anak Belitung yang miskin. Mereka berupaya untuk menempuh pendidikan di sebuah sekolah yang miskin dan berjuang untuk terus belajar meskipun harus bersaing dengan sekolah – sekolah mewah dari Perusahan Negara Timah. Sekolah tersebut adalah Sekolah Dasar Muhammadiyah.
Sekolah tersebut sebenarnya akan ditutup oleh Depdikbud Sumsel karena kekurangan murid. Jumlah murid yang dituntut adalah sepuluh murid tetapi hanya ada sembilan. Tetapi sekolah itu tidak jadi dibubarkan karena terselamatkan oleh seorang anak idiot yang selama bersekolah tidak pernah mendapatkan rapor. Begitu miskinnya sekolah ini, sampai – sampai kapur tulis saja terasa mahal. Bahkan, Kepala Sekolah dari sekolah ini, Bapak Harfan Efendi Noor dan seorang ibu guru yaitu Ibu Muslimah Hafsari hanya diberi gaji berupa beras sehingga mereka harus mencari penghasilan lain untuk menafkahi diri mereka.
Kedua orang tadi, Bapak Harfan dan Ibu Muslimah merupakan tokoh yang hebat. Mereka mengajarkan kepada anak – anak di sekolah tersebut bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan. Mereka mengajarkan murid muridnya untuk tekun, tegar, dan tidak menyerah menghadapi kesulitan sebesar apapun. Selain pendidikan akademis, mereka juga mengajarkan cinta kasih kepada sesama kepada murid – muridnya. Dari motivasi maupun cara mendidik yang menyentuh hati dari kedua tokoh ini, murid – murid di sekolah tersebut yang dijuluki Laskar Pelangi, akhirnya menjadi anak – anak yang bersemangat untuk belajar.
Karena semangat yang dimiliki Laskar Pelangi tersebut, maka keajaiban terjadi. Laskar tersebut mampu menjadi juara karnaval mengalahkan sekolah – sekolah Perusahaan Negeri Timah. Selain itu, ada prestasi lain dimana sekolah ini juga menjadi juara lomba cerdas tangkas mengalahkan sekolah – sekolah lain. Hal ini benar – benar ajaib karena selama puluhan tahun, prestasi ini selalu didapatkan sekolah Perusahan Negeri Timah.
Tetapi ada suatu kejadian menyedihkan dari cerita dalam novel ini. Hal ini terjadi saat ayah Lintang, siswa paling jenius dari Laskar Pelangi meninggal dunia. Hal ini menyebabkan dia harus menghidupi keluarganya dan harus keluar dari sekolah tersebut. Kejadian menyedihkan lain muncul saat seorang siswa harus keluar lagi karena alasan biaya.
Pelajaran dari kisah novel ini
Pelajaran yang dapat diambil dari novel ini adalah pentingnya untuk mempertunjukkan ketekunan, ketegaran, dan semangat pantang menyerah dalam menempuh pendidikan. Novel ini juga menunjukkan bahwa pendidikan yang baik bisa didapatkan oleh siapa saja dan tidak bergantung pada fasilitas yang dimiliki atau tidak dimiliki. Ini menjadi pelajaran bagi siapapun yang menempuh pendidikan agar tidak suka mengeluh soal fasilitas karena pendidikan tidak tergantung pada fasilitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar